Membuat termometer digital sendiri bisa jadi pengalaman seru dan menantang. Dengan menggabungkan komponen sederhana seperti sensor DHT11 dan mikrokontroler, hasilnya tidak hanya praktis tetapi juga menambah wawasan tentang pengukuran suhu dan kelembapan secara digital.
Pada panduan ini, akan dijelaskan langkah demi langkah mulai dari komponen utama, prinsip kerja sensor, pemrograman mikrokontroler, hingga pengolahan data tampilannya. Semua proses dirancang agar mudah dipahami dan dapat dipraktekkan dengan alat yang sederhana.
Komponen utama dalam membangun termometer digital
Membangun termometer digital sederhana memerlukan pemahaman dasar tentang komponen-komponen yang akan digunakan. Setiap komponen memiliki fungsi penting agar rangkaian bisa berfungsi secara optimal. Dalam bagian ini, kita akan membahas komponen utama yang diperlukan, mulai dari sensor suhu dan kelembapan, mikrokontroler, display, hingga komponen pendukung lainnya yang memperlancar proses perakitan dan pengoperasian alat ini.
Daftar komponen yang diperlukan
Untuk membuat termometer digital berbasis sensor DHT11, diperlukan beberapa komponen utama dan pendukung. Berikut adalah tabel yang menunjukkan komponen yang diperlukan beserta penjelasan singkatnya:
| Nama Komponen | Jumlah | Fungsi Utama |
|---|---|---|
| Sensor DHT11 | 1 | Mendeteksi suhu dan kelembapan udara, mengirim data digital ke mikrokontroler. |
| Microcontroller (misalnya Arduino Uno) | 1 | Memproses data dari sensor, mengendalikan display, dan mengatur komunikasi antar komponen. |
| Display LCD (misalnya LCD 16×2) | 1 | Menampilkan hasil pengukuran suhu dan kelembapan secara real-time. |
| Resistor 10kΩ | 1 | Untuk pull-up pada data pin sensor DHT11 agar sinyal stabil. |
| Kabel Jumper | Beberapa | Penghubung antar komponen secara fleksibel dan praktis. |
| Papan PCB atau Breadboard | 1 | Dasar tempat menyusun rangkaian secara permanen (PCB) atau sementara (breadboard). |
| Power Supply (baterai atau adaptor) | 1 | Sumber daya untuk menyupply rangkaian agar bisa beroperasi. |
Diagram rangkaian lengkap
Berikut adalah gambaran rangkaian yang menggambarkan koneksi antar komponen utama dalam membangun termometer digital:
- Sensor DHT11 dihubungkan ke pin digital pada mikrokontroler, misalnya pin 2.
- Kabel data dari DHT11 dilengkapi resistor 10kΩ sebagai pull-up yang dihubungkan ke VCC (biasanya 5V) dan ke pin data.
- LCD 16×2 dihubungkan ke mikrokontroler melalui jalur komunikasi paralel, biasanya menggunakan pin digital dan pin kontrol seperti RS, E, D4-D7.
- Power supply terhubung ke semua komponen dengan memastikan tegangan yang sesuai (biasanya 5V).
Secara umum, rangkaian ini menghubungkan sensor DHT11 ke mikrokontroler, yang kemudian memproses data dan menampilkan hasilnya pada LCD. Diagram lengkap biasanya digambarkan menggunakan software desain rangkaian seperti Fritzing, yang menunjukkan koneksi kabel secara visual dan lengkap, termasuk posisi pin dan jalur hubungan antar komponen.
Fungsi masing-masing komponen dalam rangkaian
- Sensor DHT11: Alat utama dalam pengukuran suhu dan kelembapan udara. Sensor ini mengubah parameter lingkungan menjadi data digital yang bisa dibaca mikrokontroler.
- Mikrokontroler: Otak dari rangkaian ini. Ia menerima data dari sensor, memprosesnya sesuai program, dan mengirimkan hasil ke display agar pengguna dapat membaca suhu dan kelembapan secara langsung.
- Display LCD: Menampilkan hasil pengukuran secara visual dan mudah dipahami. Biasanya menampilkan suhu dalam satuan Celsius dan kelembapan dalam persen.
- Resistor 10kΩ: Digunakan sebagai pull-up resistor pada pin data sensor untuk memastikan sinyal digital stabil dan tidak terjadi noise yang mengganggu data.
- Kabel Jumper: Menghubungkan setiap komponen secara fleksibel, memungkinkan penataan rangkaian yang rapi dan mudah diubah jika diperlukan.
- Papan PCB/Breadboard: Tempat menyusun dan mengamankan semua komponen secara permanen atau sementara, memudahkan proses perakitan dan pengujian.
- Power Supply: Memberikan tegangan dan arus yang cukup agar rangkaian dapat berfungsi secara stabil dan tahan lama.
Daftar bahan dan alat yang dibutuhkan
Untuk proses perakitan termometer digital ini, berikut adalah daftar lengkap bahan dan alat yang perlu disiapkan:
- Sensor DHT11
- Microcontroller Arduino Uno
- LCD 16×2
- Resistor 10kΩ
- Kabel Jumper Male-Male dan Female-Male
- Papan Breadboard atau PCB
- Adapter atau Baterai 9V/5V
- Solder dan timah solder (jika menggunakan PCB)
- Obeng kecil dan pinset (untuk perakitan dan penyambungan komponen)
Pastikan semua bahan dan alat dalam kondisi baik agar proses perakitan berjalan lancar dan hasilnya maksimal.
Prinsip kerja sensor DHT11 dalam pengukuran suhu dan kelembapan
Sensor DHT11 adalah salah satu sensor yang populer digunakan dalam proyek pengukuran suhu dan kelembapan karena kemudahannya dan biayanya yang terjangkau. Memahami cara kerjanya sangat penting agar kita bisa menginterpretasikan data yang dihasilkan dengan akurat serta mengoptimalkan penggunaannya dalam berbagai aplikasi seperti termometer digital dan sistem monitoring lingkungan.
Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip deteksi perubahan resistansi dan kapasitansi yang dipicu oleh variabel suhu dan kelembapan. Dengan memahami proses pengambilan data dari sensor DHT11, kita bisa menghubungkan secara efektif ke mikrokontroler dan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat sesuai batas toleransi sensor.
Proses pengambilan data dari sensor DHT11
Langkah pertama dalam proses ini adalah pengiriman sinyal start dari mikrokontroler ke sensor. Setelah sensor menerima sinyal tersebut, ia akan memulai proses pengukuran internal yang berlangsung selama beberapa detik. Dalam proses ini, sensor mengumpulkan data suhu dan kelembapan yang kemudian dikonversi menjadi sinyal digital yang dapat dibaca oleh mikrokontroler.
Sensor DHT11 akan mengirimkan data dalam bentuk serial, yang terdiri dari 40 bit data: 16 bit untuk kelembapan, 16 bit untuk suhu, dan 8 bit checksum untuk validasi data. Mikrokontroler akan menerima data ini melalui pin data yang terhubung dan kemudian melakukan verifikasi checksum untuk memastikan data yang diterima valid.
Setelah data diterima dan diverifikasi, mikrokontroler dapat mengonversi data digital tersebut ke dalam satuan yang lebih mudah dipahami, seperti derajat Celsius untuk suhu dan persen untuk kelembapan. Data ini kemudian dapat digunakan untuk menampilkan informasi pada LCD, mengendalikan alat lain, atau melakukan logging data.
Pengiriman data ke mikrokontroler dan proses selanjutnya
Sensor DHT11 mengirimkan data ke mikrokontroler dalam bentuk pulsa digital yang berbeda durasinya. Mikrokontroler membaca pulsa ini menggunakan fungsi pembacaan waktu, lalu mengonversi durasi pulsa menjadi nilai numerik yang merepresentasikan suhu dan kelembapan.
Setelah data diterima, proses berikutnya adalah melakukan validasi checksum untuk memastikan data tidak cacat. Jika data valid, nilai suhu dan kelembapan dapat langsung dipakai untuk berbagai keperluan, seperti menampilkan di layar LCD, mengirim data ke server, atau mengaktifkan perangkat lain berdasarkan batas yang telah ditentukan.
Parameter pengukuran dan batas akurasi sensor DHT11
| Parameter Pengukuran | Range | Batas Akurasi |
|---|---|---|
| Suhu | -20°C hingga 50°C | ±2°C |
| Kelembapan | 20% hingga 90% RH | ±5% RH |
Penting untuk memahami batas akurasi ini agar hasil pengukuran dapat digunakan secara efektif dalam pengambilan keputusan atau pengaturan sistem otomatis.
Contoh hasil pembacaan dan interpretasi nilai suhu serta kelembapan
Sebagai gambaran, misalnya sensor DHT11 memberikan data sebagai berikut:
Suhu: 25°C
Kelembapan: 60% RH
Nilai suhu 25°C menunjukkan kondisi ruangan yang cukup nyaman, sesuai dengan standar kenyamanan manusia. Sementara kelembapan 60% RH masih dalam batas yang aman dan tidak menimbulkan rasa lembab berlebihan maupun kekeringan. Data ini bisa digunakan untuk mengatur kipas, AC, atau humidifier agar kondisi ruangan tetap optimal.
Dengan memahami prinsip dan parameter kerja sensor DHT11, pengguna bisa mengoptimalkan penggunaannya dalam berbagai aplikasi, serta mendapatkan data yang akurat dan bermanfaat untuk kebutuhan monitoring suhu dan kelembapan.
Pemrograman mikrokontroler untuk membaca sensor DHT11
Setelah komponen dan rangkaian terpasang, langkah berikutnya adalah menulis program agar mikrokontroler dapat membaca data dari sensor DHT11. Melalui pemrograman yang tepat, kita bisa mendapatkan data suhu dan kelembapan secara real-time dan menampilkannya dengan mudah. Dalam bagian ini, kita akan membahas kode lengkap, proses inisialisasi pin dan komunikasi data, serta langkah debugging agar sistem berjalan optimal.
Pemrograman mikrokontroler umumnya menggunakan bahasa seperti C atau C++ yang kompatibel dengan platform seperti Arduino. Di sini, saya akan menggunakan bahasa Arduino sebagai contoh karena popularitas dan kemudahannya dalam pengembangan prototipe sensor.
Contoh kode lengkap membaca data dari sensor DHT11 dan menampilkan di serial monitor
// Inisialisasi library DHT #include// Tentukan pin yang digunakan untuk data sensor #define DHTPIN 2 // Tentukan tipe sensor #define DHTTYPE DHT11 // Membuat objek DHT DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE); void setup() // Memulai komunikasi serial Serial.begin(9600); // Inisialisasi sensor dht.begin(); void loop() // Membaca kelembapan dan suhu dari sensor float humidity = dht.readHumidity(); float temperature = dht.readTemperature(); // Memastikan data terbaca dengan benar if (isnan(humidity) || isnan(temperature)) Serial.println("Gagal membaca data dari sensor!"); return; // Tampilkan hasil di serial monitor Serial.print("Kelembapan: "); Serial.print(humidity); Serial.print(" %\t"); Serial.print("Suhu: "); Serial.print(temperature); Serial.println(" -C"); // Delay sebelum pembacaan selanjutnya delay(2000);
Inisialisasi pin dan komunikasi data
Langkah pertama saat memprogram mikrokontroler adalah mendefinisikan pin yang tersambung ke sensor DHT11. Pada contoh di atas, pin digital 2 digunakan sebagai input dari sensor. Pemanggilan dht.begin(); di fungsi setup() akan menginisialisasi komunikasi dengan sensor dan menyiapkan perangkat untuk membaca data.
Saat sensor DHT11 mengirim data, data tersebut dikemas dalam format digital yang harus diproses melalui protokol tertentu. Library DHT yang digunakan secara otomatis menangani protokol ini, sehingga kita hanya perlu memanggil fungsi readHumidity() dan readTemperature() untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Penting untuk menambahkan delay sekitar 2 detik agar sensor tidak terlalu sering melakukan pembacaan, mengingat batas maksimal frekuensi pembacaan dari sensor DHT11.
Debug program jika data tidak terbaca dengan benar
Ketika program tidak berhasil membaca data dari sensor, hal pertama yang perlu dicek adalah koneksi fisik, terutama kabel data dan ground. Pastikan pin yang digunakan sesuai dan tidak longgar. Jika koneksi sudah benar, langkah berikutnya adalah memeriksa fungsi pembacaan data:
- Pastikan library DHT sudah terinstall dengan benar di Arduino IDE.
- Cek apakah pin yang dipakai sesuai dengan sambungan fisik di rangkaian.
- Periksa log serial monitor untuk pesan error seperti “Gagal membaca data dari sensor!”, yang menunjukkan data tidak terbaca dengan baik.
- Gunakan serial print tambahan untuk menampilkan nilai sementara dari pembacaan, sehingga kita bisa mengetahui di bagian mana terjadi kegagalan.
- Jika sensor tampaknya tidak merespons, coba gunakan sensor lain atau ganti pin yang berbeda.
Selain itu, pastikan bahwa library yang dipakai adalah versi terbaru dan kompatibel dengan board mikrokontroler yang digunakan.
Visualisasi data suhu dan kelembapan di monitor atau LCD
Selain menampilkan data di serial monitor, kita juga dapat menampilkan hasil pengukuran pada LCD atau tampilan lain agar lebih interaktif dan mudah dibaca. Berikut adalah gambaran umum prosesnya:
- Tambah library LCD yang sesuai seperti
LiquidCrystaluntuk LCD berbasis HD44780. - Inisialisasi pin LCD dan konfigurasi tampilan dalam fungsi
setup(). - Perbarui data suhu dan kelembapan secara berkala dalam fungsi
loop()dengan menampilkan hasil di layar LCD.
Contoh tampilan di LCD biasanya berupa dua baris: baris pertama menampilkan suhu, dan baris kedua kelembapan. Misalnya:
Suhu: 25.4°C Kelembapan: 60%
Pengaturan jarak dan ukuran font harus disesuaikan agar data tampil dengan jelas dan tidak terpotong. Menampilkan data secara langsung di LCD membuat pengamatan lebih praktis, terutama untuk sistem monitoring otomatis yang tidak selalu terhubung ke komputer.
Pengolahan dan tampilan data suhu dan kelembapan
Setelah sensor DHT11 berhasil mengumpulkan data suhu dan kelembapan, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut agar bisa disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami pengguna. Pengolahan yang tepat akan membantu pengguna mendapatkan informasi yang akurat dan real-time, sekaligus memudahkan pengambilan keputusan berdasarkan kondisi lingkungan saat itu.
Data mentah dari sensor perlu diubah menjadi nilai yang menunjukkan suhu dalam satuan Celsius atau Fahrenheit, serta kelembapan dalam persentase. Pengolahan ini biasanya melibatkan pengolahan nilai numerik dari sensor dan pembulatan agar tampilannya lebih rapi. Selain itu, data yang sudah diproses juga bisa digunakan untuk menampilkan grafik, tabel, atau indikator visual lain yang memudahkan pemantauan secara cepat.
Perbandingan data suhu dan kelembapan secara real-time
Menampilkan data secara real-time sangat penting agar pengguna bisa langsung melihat kondisi lingkungan saat itu. Salah satu cara yang efektif adalah dengan membuat tabel perbandingan yang otomatis memperbarui setiap kali sensor membaca data baru. Tabel ini bisa menampilkan kolom untuk suhu, kelembapan, dan waktu pengambilan data, sehingga pengguna dapat mengikuti tren perubahan kondisi secara langsung.
Contoh tabel real-time:
| Waktu | Suhu (°C) | Kelembapan (%) |
|—————–|————|—————-|
| 10:15:30 | 28.4 | 65 |
| 10:16:30 | 28.6 | 66 |
| 10:17:30 | 28.7 | 65 |
Penggunaan tabel ini memudahkan visualisasi data secara cepat dan efisien, khususnya saat memonitor kondisi ruangan secara berkala atau saat melakukan analisis tren jangka pendek.
Menampilkan data secara dinamis di layar LCD atau LED display
Agar data yang diperoleh tidak hanya tersimpan, namun juga langsung terlihat oleh pengguna, kita perlu menyusun langkah untuk menampilkan data secara dinamis di layar LCD ataupun LED display. Biasanya, proses ini melibatkan pemrograman mikrokontroler untuk memperbarui tampilan setiap kali sensor membaca data baru.
- Inisialisasi tampilan layar dan pengaturan font atau ukuran teks yang sesuai.
- Dalam loop utama program, baca data dari sensor dan olah data tersebut.
- Update nilai suhu dan kelembapan di layar secara otomatis, misalnya setiap 1 detik atau sesuai kebutuhan.
- Pastikan penggunaan fungsi clear atau refresh layar agar tampilan selalu bersih dan update.
- Tambahkan indikator visual seperti ikon suhu tinggi, rendah, atau kelembapan terlalu basah/kering, agar pengguna memperhatikan kondisi kritis secara cepat.
Contoh tampilan di layar LCD dapat berupa dua baris teks, misalnya:
Suhu: 28.5°C
Kelembapan: 66%
Dengan tampilan ini, pengguna langsung mengetahui kondisi lingkungan tanpa perlu membuka menu khusus atau melakukan pengecekan manual.
Pengaturan alarm dan indikator berdasarkan nilai tertentu
Salah satu fitur penting dalam pengolahan data adalah pengaturan alarm atau indikator visual lain yang aktif bila nilai suhu atau kelembapan melewati batas tertentu. Hal ini berguna untuk memastikan lingkungan tetap berada dalam kondisi optimal atau memperingatkan pengguna jika terjadi situasi yang membutuhkan perhatian khusus.
- Definisikan batas suhu dan kelembapan yang dianggap aman, misalnya suhu tidak boleh lebih dari 30°C dan kelembapan di bawah 40%.
- Implementasikan kondisi if-else untuk memantau nilai yang diterima dari sensor.
- Jika nilai melewati batas, aktifkan alarm buzzer, LED indikator merah, atau tampilkan pesan peringatan di layar.
- Sebaliknya, jika nilai kembali normal, matikan alarm dan indikator tersebut untuk menghindari alarm palsu.
- Tambahkan fitur pengaturan batas secara manual melalui tombol atau interface tertentu agar pengguna dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan.
Contoh ilustrasi tampilan antarmuka yang user-friendly adalah dengan menampilkan indikator warna, seperti hijau untuk kondisi normal, kuning untuk waspada, dan merah untuk bahaya. Misalnya, saat suhu mencapai 31°C, layar bisa menampilkan pesan “Suhu Tinggi!” dengan latar belakang merah dan bunyi alarm yang menyala otomatis.
Pengujian dan kalibrasi termometer digital

Setelah rangkaian dan kode selesai dibuat, langkah penting berikutnya adalah melakukan pengujian dan kalibrasi agar hasil pengukuran suhu dan kelembapan bisa akurat dan terpercaya. Tanpa pengujian yang tepat, data yang dihasilkan bisa tidak konsisten atau meleset dari nilai sebenarnya. Oleh karena itu, proses ini sangat vital dalam memastikan bahwa termometer digital yang kita bangun berfungsi dengan baik dan memberikan hasil yang akurat sesuai standar.
Pada bagian ini, kita akan membahas prosedur pengujian awal, pembuatan tabel hasil pengukuran, metode kalibrasi menggunakan alat pengukur yang presisi, serta panduan langkah menyesuaikan rangkaian dan kode agar data yang dihasilkan lebih akurat. Selain itu, akan disusun juga panduan troubleshooting untuk mengatasi masalah data tidak konsisten yang mungkin muncul selama pengujian atau penggunaan.
Pengujian awal sensor dan prosedur kalibrasi
Pengujian awal sensor DHT11 dilakukan untuk memastikan bahwa sensor telah terpasang dengan benar dan berfungsi optimal. Langkah ini penting agar data yang diperoleh nantinya bersifat reliabel. Berikut prosedur yang bisa diikuti:
- Pastikan rangkaian tersambung dengan benar sesuai dengan skema yang sudah dibuat.
- Nyalakan mikrokontroler dan jalankan program sederhana yang membaca data dari sensor.
- Perhatikan data yang muncul pada serial monitor. Jika data stabil dan tidak menunjukkan nilai error, sensor kemungkinan bekerja dengan baik.
- Periksa koneksi kabel dan pin sensor, pastikan tidak ada yang longgar atau salah sambung.
Kalibrasi data dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran sensor dengan data dari alat pengukur yang sudah teruji keakuratannya. Dengan melakukan perbandingan ini, kita bisa menentukan tingkat ketidaktepatan sensor dan melakukan penyesuaian bila diperlukan.
Pembuatan tabel hasil pengukuran dari berbagai suhu dan kelembapan
Untuk melakukan kalibrasi yang akurat, penting untuk mengumpulkan data dari berbagai kondisi suhu dan kelembapan. Berikut contoh tabel sederhana yang bisa digunakan sebagai referensi:
| No | Suhu sebenarnya (°C) | Kelembapan sebenarnya (%) | Hasil pengukuran sensor (°C) | Hasil pengukuran kelembapan (%) |
|---|---|---|---|---|
| 1 | 20 | 50 | 19.5 | 49 |
| 2 | 25 | 60 | 24.7 | 59 |
| 3 | 30 | 70 | 30.2 | 71 |
| 4 | 35 | 80 | 34.8 | 79 |
Data ini membantu kita memahami seberapa akurat sensor dalam berbagai kondisi dan menjadi dasar untuk penyesuaian kalibrasi.
Metode kalibrasi sensor menggunakan alat pengukur yang akurat
Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan data sensor terhadap alat pengukur suhu dan kelembapan yang sudah terjamin keakuratannya, seperti termometer laboratorium atau hygrometer digital premium. Berikut langkah-langkahnya:
- Siapkan alat pengukur yang terkalibrasi dan sudah terbukti akurasinya.
- Tempatkan sensor dan alat pengukur pada lokasi yang sama dan kondisi suhu serta kelembapan yang stabil.
- Catat hasil pengukuran dari sensor dan alat pengukur secara bersamaan selama beberapa menit untuk memastikan kestabilan data.
- Bandingkan hasilnya dan hitung selisihnya untuk menentukan koreksi yang diperlukan.
Jika ditemukan perbedaan signifikan, kita dapat menyesuaikan kode program untuk mengkompensasi error tersebut, misalnya dengan menambahkan nilai koreksi tertentu pada pembacaan sensor.
Langkah menyesuaikan kode dan rangkaian untuk hasil lebih akurat
Untuk meningkatkan akurasi pengukuran, penyesuaian bisa dilakukan pada level kode atau rangkaian. Beberapa tips yang umum dilakukan antara lain:
- Menambahkan faktor koreksi secara manual dalam program, berdasarkan hasil kalibrasi yang telah dilakukan. Contohnya, jika sensor selalu membaca 0,5°C lebih tinggi, maka tambahkan pengurangan sebesar 0,5 pada data yang diterima.
- Memperbaiki kestabilan pembacaan dengan melakukan multiple reading dan mengambil rata-rata dari beberapa data selama interval tertentu.
- Memastikan bahwa rangkaian tidak mengalami interferensi elektromagnetik yang dapat menyebabkan data tidak stabil atau noise.
- Memperbaiki sirkuit power supply agar sensor mendapatkan tegangan yang stabil untuk mengurangi fluktuasi pengukuran.
“Kunci utama kalibrasi adalah konsistensi dan pengukuran berulang—semakin banyak data yang diperoleh, semakin akurat koreksi yang bisa dilakukan.”
Panduan troubleshooting apabila data tidak konsisten
Jika selama pengujian data yang diperoleh tidak stabil atau tidak sesuai harapan, beberapa langkah troubleshooting berikut bisa dilakukan:
- Periksa koneksi kabel dan pin sensor. Pastikan tidak ada yang longgar atau korsleting.
- Pastikan sumber daya listrik stabil dan sesuai spesifikasi sensor.
- Periksa kode program, terutama bagian yang membaca data sensor, pastikan tidak ada bug atau kesalahan logika.
- Lakukan reset rangkaian dan ulangi pengujian dari awal untuk memastikan tidak ada gangguan sementara.
- Jika diperlukan, ganti sensor dengan yang lain untuk memastikan apakah sensor yang digunakan dalam kondisi baik.
- Perhatikan lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan gangguan elektromagnetik atau suhu ekstrem yang tidak diinginkan.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda bisa mengidentifikasi penyebab ketidakkonsistenan data dan melakukan perbaikan yang diperlukan agar hasil pengukuran menjadi lebih akurat dan stabil.
Simpulan Akhir
Dengan mengikuti panduan ini, pembuatan termometer digital menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Hasil pengukuran yang akurat serta tampilan yang user-friendly akan membuat pengalaman ini semakin memuaskan dan bermanfaat untuk berbagai kebutuhan pengukuran suhu dan kelembapan secara mandiri.